Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

5 Fakta Kasus Pembunuhan Kolumnis Jamal Khashoggi

Reporter

Editor

Budi Riza

image-gnews
Kolumnis Washington Post, Jamal Khashoggi, tewas di bunuh tim pembunuh dari Arab Saudi yang berjumlah 15 orang. Middel East Eye
Kolumnis Washington Post, Jamal Khashoggi, tewas di bunuh tim pembunuh dari Arab Saudi yang berjumlah 15 orang. Middel East Eye
Iklan

TEMPO.CONew York – Pelapor khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa atau PBB, Agnes Callamard, melaporkan adanya dugaan kuat pembunuhan kolumnis Washington Post, Jamal Khashoggi, sebagai perbuatan negara.

Baca juga: PBB Diminta Bentuk Tim Investigasi Kriminal Kasus Khashoggi

Pembunuhan yang terjadi di Kota Istanbul, Turki, pada 2 Oktober 2018 itu menyita perhatian dunia internasional karena diduga kuat melibatkan pejabat intelijen Arab Saudi hingga Putra Mahkota, Mohammed Bin Salman.

Delapan bulan berlalu pasca pembunuhan kejam itu namun proses pengungkapan kasus ini masih belum memuaskan. Beberapa tokoh kunci belum pernah diperiksa atau belum menjadi terdakwa.

Berikut ini beberapa poin mengenai kasus Jamal Khashoggi, yang dikenal kerap bersikap kritis terhadap kebijakan pemerintah Arab Saudi lewat tulisan-tulisannya, seperti dilansir Aljazeera:

  1. Kolumnis

Jamal Khashoggi, 59 tahun, terbunuh dan tubuhnya dimutilasi di kantor Konsulat Jenderal Arab Saudi di Istanbul, Turki, saat dia tiba untuk mengurus dokumen terkait rencana pernikahannya.

Tim pembunuh dari Saudi, yang berjumlah 15 orang, telah menunggu. Mereka menjerat leher Khashoggi dan memutilasi tubuh korban untuk menghilangkan bukti.

Tubuh korban tidak pernah ditemukan. Ada dugaan pelaku telah menghancurkan tubuh korban menggunakan zat asam. Dugaan lain, tim pembunuh telah membawa tubuh korban dengan dimasukkan ke dalam koper dan dibawa dari Istanbul menggunakan pesawat jet sewa pada malam hari seusai pembunuhan.

Baca juga: Rekaman Percakapan Detik-detik Pembunuhan Jamal Khashoggi

Pemerintah Saudi awalnya mengatakan Khashoggi telah meninggalkan kantor konsulat lewat pintu belakang setelah masuk dari pintu depan. Namun, upaya menutup-nutupi ini akhirnya terbongkar. Orang yang mirip Khashoggi dan keluar dari pintu belakang kedubes merupakan peniru, yang berpakaian mirip korban, dan merupakan bagian dari tim pembunuh.  Ada 18 orang warga negara Saudi yang ditangkap dalam kasus ini termasuk sejumlah perwira militer intelijen.

Pemerintah Arab Saudi menyalahkan terjadinya kasus ini kepada agen intelijen yang bertindak ceroboh dan brutal dalam menjalankan tugasnya yaitu mengajak Khashoggi agar mau pulang ke Saudi.

Dalam laporannya ke Kongres AS, CIA menyebutkan adanya indikasi keterlibatan Putra Mahkota Arab Saudi dalam kasus ini.

  1. Blokir Penjualan Senjata

Kasus pembunuhan kolumnis Washington Post ini menimbulkan kehebohan global. Banyak pihak mendesak agar negara-negara Barat yang menjual senjata militer ke Saudi menunda hingga membatalkan rencana itu.

Sebuah laporan internasional menyebut Saudi merupakan importir senjata terbesar dunia pada 2014 – 2018 dengan  porsi sekitar 12 persen. Saudi menggunakan berbagai senjata canggih ini untuk Perang di Yaman, dan banyak menimbulkan korban jiwa akibat salah tembak rudal. Sebagian rudal justru menghancurkan pasar dan rumah sakit sehingga korban jiwa sipil berjatuhan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Baca juga: Kasus Jamal Khashoggi Terbongkar, Arab Saudi Rombak Intelijen

Sejumlah negara memutuskan menghentikan ekspor senjata ke Saudi seperti Norwegia, Swedia, Austria, Yunani, dan Wallonia di Belgia.

Jerman menunda penjualan senjata ke Saudi dan memperpanjang jeda ini pada April selama enam bulan. Denmark, Finlandia, Belanda juga menunda penjualan senjata termasuk kemungkinan penjualan di masa depan. Austria mendesak Uni Eropa mengembargo massal penjualan senjata ke Saudi.

Namun, sejumlah negara seperti Prancis, Spanyol, Italy dan Kanada tidak menghentikan ekspor senjata ke Saudi.

  1. Menolak Ekstradisi

Pemerintah Arab Saudi menolak ekstradisi para pembunuh Jamal Khashoggi ke Istanbul, Turki, yang menjadi lokasi tindak kejahatan dilakukan. Pada Januari 2018, pemerintah Saudi mengumumkan ada 11 orang terdakwa yang menjalani persidangan dan sejumlah orang lainnya sebagai tersangka.

Baca juga: Tiga Dugaan Kesalahan Jamal Khashoggi di Mata Arab Saudi

Namun, salah satu tokoh dalam kasus ini yaitu tangan kanan Putra Mahkota yaitu Saudi Al Qahtani justru belum menjadi tersangka atau terdakwa. Hingga kini Qahtani diduga masih bekerja di bawah MBS, sapaan putra mahkota.

  1. Mengejar Pengritik

Dewan HAM PBB dan sejumlah lembaga advokasi internasional menyebut pembunuhan Khashoggi merupakan bagian dari masalah yang lebih besar di Saudi yaitu merebaknya penindakan terhadap kelompok kritis terhadap pemerintah.

Setahun sebelum pembunuhan Khashoggi, MBS disebut mengatakan akan menggunakan peluru jika korban tidak mau pulang ke AS. Ini karena Khashoggi melarikan diri ke AS dan terus menulis kritik untuk kolom di Washington Post. MBS disebut melabeli Khashoggi sebagai aktivis Islam berbahaya saat menelpon menantu Presiden AS, Donald Trump, yaitu Jared Kushner dan penasehat keamanan nasional John Bolton.

  1. Pemerintah Saudi Terlibat

Laporan dari pelapor khusus PBB yaitu Agnes Callamard menyatakan ada bukti kredibel yang menghubungkan pembunuhan Khashoggi dengan MBS dan ini harus diungkap lewat investigasi kriminal.

Callamard menyebut pembunuhan Khasoggi sebagai pembunuhan ekstra-judisial atau extra-judicial killing yang menunjukkan negara Arab Saudi harus bertanggung jawab.

Dia juga meyakini investigasi kasus Khashoggi ini oleh otoritas di Saudi tidak dilakukan dengan niat bagi dan malah terindikasi kuat sebagai upaya menghalang-halangi penegakan hukum.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Invasi Israel di Rafah, UN Women: 700.000 Perempuan dan Anak Perempuan Palestina dalam Bahaya

13 menit lalu

Pengungsi Palestina melarikan diri dari Rafah setelah militer Israel mulai mengevakuasi warga sipil dari bagian timur kota Gaza selatan, menjelang ancaman serangan, di tengah konflik antara Israel dan Hamas, di Khan Younis di selatan Gaza Strip 6 Mei 2024. Militer Israel melakukan serangan yang ditargetkan dengan sasaran kelompok Islam Hamas di bagian timur kota Rafah. REUTERS/Ramadhan Abed
Invasi Israel di Rafah, UN Women: 700.000 Perempuan dan Anak Perempuan Palestina dalam Bahaya

UN Women memperingatkan bahwa serangan darat Israel di Rafah, Gaza, akan memperburuk penderitaan 700.000 perempuan dan anak perempuan Palestina


Ukraina Tolak Akui Vladimir Putin sebagai Presiden Sah Rusia

1 jam lalu

Kandidat presiden Rusia dan Presiden petahana Vladimir Putin berbicara setelah TPS ditutup, di Moskow, Rusia, 18 Maret 2024. Komisi Nasional Pemilu Rusia (CEC), suara pemilih yang terkumpul mencapai 72,22 persen, naik dari pemilu 2018 sebesar 67,5 persen. REUTERS/Maxim Shemetov
Ukraina Tolak Akui Vladimir Putin sebagai Presiden Sah Rusia

Kementerian Luar Negeri Ukraina mengatakan tidak ada dasar hukum untuk mengakui Vladimir Putin sebagai presiden Rusia yang sah.


Temuan PBB tentang Kuburan Massal Gaza: Ada yang Disiksa, Ada yang Dikubur Hidup-hidup

3 jam lalu

Orang-orang bekerja untuk memindahkan jenazah warga Palestina yang terbunuh selama serangan militer Israel dan dimakamkan di rumah sakit Nasser, di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok Islam Palestina Hamas, di Khan Younis di selatan Jalur Gaza, 21 April 2024. REUTERS/  Ramadhan Abed
Temuan PBB tentang Kuburan Massal Gaza: Ada yang Disiksa, Ada yang Dikubur Hidup-hidup

Para ahli PBB mendesak penjajah Zionis Israel untuk mengakhiri agresinya terhadap Gaza, dan menuntut ekspor senjata ke Israel "segera" dihentikan.


Pengakuan Palestina sebagai Negara Berdaulat akan Jadi Pukulan Telak bagi Israel

2 hari lalu

Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi menerima kunjungan kerja Menteri Luar Negeri Turkiye Hakan Fidan di Turki, 1 Mei 2024. Sumber: dokumen Kementerian Luar Negeri RI
Pengakuan Palestina sebagai Negara Berdaulat akan Jadi Pukulan Telak bagi Israel

Menteri Luar Negeri Turkiye sangat yakin pengakuan banyak negara terhadap Palestina sebagai sebuah negara akan menjadi pukulan telak bagi Israel


Delegasi PBB Evakuasi Pasien dari Rumah Sakit di Gaza Utara

3 hari lalu

Balita Palestina Leila Jeneid, yang menderita kekurangan gizi parah, menerima perawatan di Rumah Sakit Kamal Adwan, di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan Hamas di Gaza di mana kekurangan makanan dan nutrisi penting telah menjadi perjuangan kolektif di daerah kantong tersebut, di Jalur Gaza utara, 26 Maret 2024. REUTERS/Osama Abu Rabee
Delegasi PBB Evakuasi Pasien dari Rumah Sakit di Gaza Utara

Delegasi PBB mengevakuasi sejumlah pasien dan korban luka dari Rumah Sakit Kamal Adwan di Jalur Gaza utara


Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

3 hari lalu

PM Israel Benyamin Netanyahu dan istrinya, Sara. REUTERS
Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

Pejabat senior Hamas mengatakan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berupaya menggagalkan kesepakatan gencatan senjata di Gaza.


WHO: Rencana Darurat Tak Bisa Cegah Kematian jika Israel Lakukan Serangan Darat di Rafah

3 hari lalu

Warga Palestina menikmati pantai pada hari yang panas, di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan Hamas, di Rafah, di selatan Jalur Gaza, 24 April 2024. REUTERS/Mohammed Salem
WHO: Rencana Darurat Tak Bisa Cegah Kematian jika Israel Lakukan Serangan Darat di Rafah

WHO mengatakan tidak ada rencana darurat yang dapat mencegah "tambahan angka kematian" di Rafah jika Israel menjalankan operasi militernya di sana.


Palestina: Tidak Ada Guna Membahas Gaza di PBB

3 hari lalu

Suasana pertemuan Dewan Keamanan PBB tentang konflik antara Israel dan Hamas di markas besar PBB di New York, AS, 16 Oktober 2023. REUTERS/Andrew Kelly
Palestina: Tidak Ada Guna Membahas Gaza di PBB

Dubes Palestina untuk Austria menilai upaya membahas Gaza pada forum PBB tidak akan berdampak pada kebijakan AS dan Eropa yang mendanai genosida.


PBB: Serangan Terbaru Israel Bisa Hapus 44 Tahun Pembangunan Manusia di Gaza

4 hari lalu

Anak-anak Palestina bermain di tengah reruntuhan taman yang hancur akibat serangan militer Israel, saat Idul Fitri, di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok Islam Palestina Hamas, di Kota Gaza 11 April 2024. REUTERS/Mahmoud Issa
PBB: Serangan Terbaru Israel Bisa Hapus 44 Tahun Pembangunan Manusia di Gaza

Jika perang terus berlanjut selama sembilan bulan, kemajuan yang dicapai selama 44 tahun akan musnah. Kondisi itu akan membuat Gaza kembali ke 1980


Tema World Water Forum ke-10 Sejalan dengan Target UNICEF, Kelangkaan Air jadi Isu Krusial

4 hari lalu

Seorang pria duduk di tepi kolam renang dengan latar belakang logo World Water Forum ke-10, di Jakarta pada 24 Maret 2024. (ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/Spt)
Tema World Water Forum ke-10 Sejalan dengan Target UNICEF, Kelangkaan Air jadi Isu Krusial

Tema World Water Forum ke-10 di Bali berkaitan dengan sejumlah tujuan UNICEF. Salah satunya soal akses air bersih untuk anak-anak di daerah.